Pasuruan, Tribunus-antara.com - Khunainah (57), Warga Dusun Mantingan Desa Tengilis kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan ini harus melawan kerasnya hidup yang serba kekurangan dari hari ke hari. Untuk hidup kesehariannya Khunainah yang tidak memiliki rumah ini harus menumpang di rumah saudaranya yang juga kekurangan dalam hal ekonomi. Walaupun hanya sebagai buruh tani upah 20 ribu sehari, khunainah tetap saja tegar menapaki hidup dengan penuh semangat.
Ditemui sesaat setelah pulang dari sawah, Khunainah mengaku harus tabah menghadapi hidupi ini. Dikala Khunainah sakit, tak pernah sekalipun dia memperoleh bantuan dari pemerintah. Khunainah kadang merasa miris dengan orang yang masih terbilang cukup malah mendapat bantuan untuk warga miskin. Termasuk raskin pun Khunainah mengaku tak pernah merasakannya.
Dana bantuan dari pemerintah untuk fakir miskin yang digelontorkan ke masing-masing desa dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin, namun lain halnya nasib yang dialami Nenek Khunainah (57)ini, dia sama sekali tak pernah tersentuh oleh bantuan pemerintah.
Nenek Khunainah (57), adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh anak dan suaminyabeberapa tahun lalu, Kini dia harus memikul beban dipundaknya demi bertahan hidup sendirian. Dan yang lebih ironis lagi, setelah sang anak kandungnya meninggal, nenek Khunainah ini lantas diusir oleh si menantu.
Diusianya yang cukup tua dia harus tetap menjadi buruh tani disawah (Maton : bahasa Jawa) dengan penghasilan yang sangatlah minim bahkan sering tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, Nenek tua yang tidak mempunyai rumah ini harus rela menumpang dirumah keponakannya hanya untuk menghilangkan lelah selepas bekerja disiang hari.
“Saya gak pernah dapat bantuan nak," kata Khunainah, tiap harinya saya kesawah menjadi buruh tani, mulai pagi sampai dhuhur upahnya 20rbu, kalau sampai jam 09.00 saya terima uang sebesar 12.500, itupun kalau ada yang nyuruh” tambah Khunainah. (yud/fiq) Bersambung
23 Agustus 2016