menu melayang

15 Oktober 2016

Asal Mula Terjadinya Danau Ranu Grati

Syahdan danau Ranu Grati yang terletak di desa Ranu Klindungan dahulu kala merupakan daerah yang amat subur. Hidup seorang begawan yang sakti bernama Begawan Nyampo. Selain sakti begawan ini juga arif dan amat dihormati masyarakat sekitar Ranu Klindungan. Suatu hari sang begawan kedatangan seorang tamu wanita berparas jelita bertubuh molek bernama Endang Sukarni, mengaku kepada sang begawan bahwa dia minggat dari keraton Mataram, kehadirannya pun disambut dengan suka cita, sang begawan Nyampo pun dirundung asmara.

Pada suatu hari sang Begawan memberikan pegangan berupa sebilah pisau kepada Endang Sukarni, dengan harapan agar hubungannya tidak jangan dikaruniai anak terlebih dahulu. Dengan satu pantangan tidak boleh ditaruh  dipangkuan. Endang Sukarni teledor dan tak berapa lama ia pun hamil.

Penduduk desa Ranu klindungan heboh karena anak yang  dilahirkan Endang, badan bocah itu dipenuhi sisik dan berekor menyerupai seekor ular. Begawan dan Endang malu bukan kepalang. Bayi yang diberi nama Baru Klinthing  itu pun akan dibuang atau diasingkan, kecuali sang anak mampu melewati dua ujian kata begawan kepada Endang Sukarni.

Rupanya Klinthing sanggup melewati kedua ujian dari Begawan, yakni mengambil air dengan menggunakan keranjang bambu yang berlubang besar-besar. Klinthing juga mampu mengalahkan buaya putih yang amat menyeramkan, yang tak lain adalah putra Raden Dodo Putih, adik Begawan Nyampo.

Klinthing tumbuh kian besar berbadan ulat besar dan bersisik, suatu saat Klinting pergi bertapa di hutan dengan tubuh melingkar. .Penduduk lalu memotong bagian tubuh Klinting menjadi 40 bagian, dan disantap beramai-ramai. Tempat pembantaian itu saat ini dinamakan Desa Mblereh, laluu tempat pembersihan sisik (kresek) sekarang dinamai Desa Kresek. Tempat pemotongan tubuhnya kini jadi Desa Petangpuluh. Sedangkan tempat pembakaran daging Klinthing (tunu) diberi nama Desa Grati Tunon.

Sang ibu, Endang Sukarni menyesali nasibnya dia menangis seumur hidup. Tanpa henti ia mencari sang putra. Bukannya
dibantu, Endang malah dicerca penduduk. Endang menantang penduduk dengan menancapkan sebatang lidi ke tanah. Kalau warga dapat mencabut lidi Endang akan rela mati.

Seluruh orang gagal tak bisa mencabut lidi, lalu Endang sendiri yang mencabutnya. Seketika itu pula, menyemburlah air dengan deras yang dan besar. Kian lama kian membesar dan menenggelamkan seisi desa. Tak seorangpun yang selamat semua tenggelam di genangan air yang berubah menjadi, danau itu bernama Danau Ranu Grati.   (sumber: berbagai sumber di google)

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel

Arsip Blog