TRIBUNUS-ANTARA.COM | PASURUAN, Tukang becak Terminal Wisata masih belum berhenti diperbincangkan. Tetap saja permasalahan ugal-ugalan dengan model kebut-kebutan hingga
menewaskan 2 orang penumpangnya. Pasca terjadinya kecelakaan dan beberapa kali pula pihak Walikota dan Dishub memberikan pengarahan agar tidak lagi lebut-kebutan. Tapi fakta lapangan, para tukang becak yang rata-rata berasal dari Madura itu tetap saja tidak menggubris arahan Walikota maupun Dishub.
Pantauan Tribunusantara.com dua kali dalam sepekan, menemukan aksi kebut-kebutan lagi. Para tukang becak baik yang sedang mengangkut penumpang atau yang sedang kosongan, seakan tanpa beban untuk kembali ugal-ugalan. Perjalanannya di atas jembatan PLN atau kerap dikenal jembatan jagalan, para tukang becak tetap tidak pedulikan adanya perempatan yang ramai lalu lalang kendaraan lain.
Hingga sampai di Alun-alun becak-becak itu seakan tidak menginjak rem. Tak pelak, gunjingan pun muncul di warung sepanjang jalan yang dilalui. Saur manuk warga, becak wisata lebih baik ditiadakan alias dihapus saja daripada membahayakan pengendara lain dan penumpangnya. Para peziarah datang ke Makam Romo Kiai Hamid tidak ingin mati konyol. Tidak saja berada di mesjid dan makam Romo Kiai Hamid mereka ini khidmad beribadah. Saat dalam perjalananpun berharap dengan bisa khidmad berdzikir.
"Kalau naik becak dengan tenang, tentu kita pun selama dalam perjalanan dari terminal wisata ke mesjid Jamik juga bisa berdzikir bila jalannya tenang," tutur Mbah Siti Maimunah, asal Lumajang yang saat itu wanita usia 70 tahunan ini dibarengi oleh Umi Kulsum, anaknya. Kata Mbah Siti, dirinya selama naik becak itu jadi ketakutan dan akhirnya tidak bisa berdzikir. Dirinya justru ketakutan kalau becak yang ditumpanginya menabrak atau nyasar sehingga dirinya jadi korban.
Menilai tukang becak yang sudah tidak bisa diatur lagi, M. Mansur, mantan Ketua Anshor Kota Pasuruan, dengan tegas meminta kepada Walikota Pasuruan H. Setiyono untuk segera bertindak tegas. Mansur juga tokoh pemuda kota ini mendesak kepada Walikota supaya jangan menunda waktu lagi untuk bertindak lebih tegas. Alasannya, kalau Walikota menunda-nunda, dikhawatirkan akan jatuh korban lagi.
"Pak Walikota sudah mewacanakan becak wisata kalau tetap tidak bisa tertib akan diganti dengan alternatif lain. Jika memang harus diganti mobil angkutan, ya segera saja becak wisata dihapus digantikan angkota," tegas Mansur dengan nada tinggi. Kata Mansur, kalau tukang becak wisata itu tetap bandel berarti tidak bisa dieman. Maka itu, lebih baik dimusnahan saja daripada harus orang lain yang jadi korban.
Sementara itu, wawancara Tribunusantara.com dengan para tukang becak wisata, mereka mengeluh adanya uang tarikan yang dilakukan oleh preman setempat. Tiap minggunya sampai sekarang harus membayar uang pengamanan sebesar Rp 7 ribu/tukang becak. Jumlah becak keseluruhan ada sekitar 140 unit. "Kalau tidak cari duit banyak kan hitung-hitungannya saya rugi, Pak. Makanya kami ngebut itu supaya bisa ambil penumpang lagi dan dapat duit banyak," ungkap seorang tukang becak yang minta namanya jangan ditulis karena takut dengan ancaman sang preman. (kadir)
11 Februari 2017