Berdasarkan informasi dari warga setempat, dalam satu tahun ini sudah hampir 10 kali terjadi kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh jalan berlubang. “Banyak yang luka-luka, bahkan ada yang meninggal. Yang meninggal sekitar 5 orang. Apalagi kalau sedang hujan, lubang-lubangnya tertutup air. Jadi gak kelihatan lubangnya,” imbuhnya. Warga juga menyesalkan tentang efek yang ditimbulkan oleh perbaikan jalan. Polusi udara dan debu yang meningkat disebabkan oleh perbaikan jalan tidak dibarengi dengan adanya pemberian dana kompensasi, padahal warga juga mendapat imbas yang tidak sedikit dari kegiatan tersebut.
Kondisi jalan di sepanjang perempatan Kebonagung - Bukir tidak hanya bergelombang dan tidak rata, bahkan ada jalan berlubang yang panjangnya hampir mencapai 90 cm dengan kedalaman lubang sekitar 7 hingga 15 cm yang berada tepat di tengah jalan. Ditambah lagi jumlah lubang yang tidak sedikit dan cukup dekat satu sama lain. Keadaan yang seperti itu sudah tentu meningkatkan resiko kecelakaan pengguna jalan. Warga juga merasa terganggu dan tidak nyaman karena kondisi jalan yang kurang layak memaksa mereka untuk berjalan lebih pelan sehingga tidak jarang terjadi macet.
Bukan tidak mungkin jika kondisi jalan yang seperti ini akan berimbas pada kondisi perekonomian warga setempat yang kebanyakan memiliki meubel. Menurunnya pendapatan mereka juga merupakan salah satu akibat dari kondisi jalan yang buruk sehingga pelanggan maupun konsumen mereka enggan untuk kembali memesan barang di daerah tersebut. “Omset usaha saya juga menurun hampir 40%. Yang dulunya sangat mudah untuk mengembalikan modal, sekarang jadi terasa sangat sulit. Ya karena itu tadi,” ungkap pemilik dari Bunda Furniture ini.
Wahyu, Koordinator Lapangan Dinas PU Bina Marga Kota Pasuruan, mengungkap bahwa sebenarnya perbaikan jalan di daerah ini adalah tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Ini adalah jalan provinsi, jadi tanggung jawab sesungguhnya ada di Pemprov (Pemerintah provinsi). Kami sudah 4 kali mengirimkan surat perihal perbaikan jalan, namun tidak ada respon. Akhirnya karena urgent, jadi pihak kota yang menangani. Terpaksa pekerja – pekerja yang sedang menggarap di Jl Wironini dialihkan ke Jl. Gatot Subroto,” papar Wahyu.
Warga berharap adanya perbaikan secara total perihal jalan yang rusak dan berlubang. “Ini sangat mengganggu sekali, kurang nyaman. Jadi kalau bisa pembangunan tol dipercepat sehingga mobil-mobil besar dan truk-truk tidak sering lewat sini lagi. Terus jalannya jangan hanya ditambal, tapi dikelupas dan dimulai dari awal lagi. Di cor biar awet dan tidak mudah berlubang. Karena kalau ditambal, jalannya kan semakin tinggi. Kalau hujan, airnya semakin mudah masuk ke rumah, debunya juga bertambah. Ujung-ujungnya warga yang repot, ditambah lagi tidak ada kompensasi.” tutur Affandi. (fb/obi)